I was 26 when I diagnosed with Diabetes Mellitus

Jum’at, 10 Mei 2013

Jam baru menunjukkan pukul 04.05 pagi tapi ratusan orang sudah memenuhi gunung penanjakan untuk satu tujuan yang sama, menyambut matahari terbit. Dari kejauhan terdengar keriuhan sekelompok pendaki gunung yang merayakan hari ulang tahun salah seorang teman mereka. Semuanya bernyanyi “Selamat ulang tahun kami ucapkan…”,yang berulang tahun pasti bahagia sekali, merayakan hari pertama di umur yang baru di salah satu gunung terindah di Indonesia, bahkan mungkin di dunia. Kebahagiaan yang sama juga dirasakan oleh saya dan adik kembar saya. Hari itu kami sepakat untuk merayakan ulang tahun dengan menikmati kebesaran Tuhan yang menganugerahi alam yang indah untuk Indonesia. Memang tidak ada lilin yang ditiup atau kue tart yang disajikan, karena bagi saya, ulang tahun merupakan saat untuk merenung..akan masa lalu, masa kini, dan masa depan..

Saat matahari 10 mei terbit, saya hampir menangis sambil mengucapkan syukur alhamdulillah karena Tuhan masih memberikan umur sampai detik ini..saya masih diberikan kesempatan untuk mempunyai kehidupan..untuk menyelesaikan tujuan kenapa saya dilahirkan ke dunia ini..yang bahkan saya sendiri tidak tahu apa itu…Kalau dulu saya ditanya, what do you want to be in the next 10 years, saya bisa menjawab dengan cepat deretan cita-cita dan keinginan saya..Kalau sekarang, saya hanya akan menjawab: saya hanya mau hidup sehat supaya bisa bermanfaat bagi orang lain.

Selama 5 tahun terakhir, hidup saya banyak berubah..perubahan yang awalnya saya pikir adalah perubahan negatif, perubahan yang akan membuat hidup saya berakhir, impian-impian saya hancur…Beberapa hari setelah merayakan ulang tahun ke-26, saya dianugerahi hadiah terbesar oleh Tuhan yaitu suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan, yang akan saya bawa seumur hidup sampai saya meninggal nanti.

Kata orang, saya ini mirip sekali dengan Ayah saya, saking miripnya, dari ketiga anak beliau, hanya saya yang mewarisi penyakit beliau. Segala kenangan buruk saat Ayah saya berjuang melawan penyakit-penyakit yang ditimbulkan akibat komplikasi diabetes mellitus masih tersimpan rapi dalam memori saya. Saat mendengar vonis dokter tersebut, saya mendadak punya kekuatan super yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada saya kelak. Diabetes mellitus adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan tapi bisa dijaga kestabilannya sebelum deretan komplikasi muncul. Once you push the button, you will trap in this world, waiting for the “execution day”.

Awalnya saya tidak pernah bisa menerima kenyataan bahwa saya sekarang seorang diabetesi. Tapi badan saya tidak bisa dibohongi, secara perlahan metabolisme tubuh saya berubah, kekuatan fisik dan imun saya menurun drastis. Tiga tahun pertama adalah masa-masa terberat dalam hidup saya. Tetapi saya harus mulai belajar menerima keadaan diri sendiri karena saya akan hidup dengan penyakit ini seumur hidup saya. Saya juga harus mulai menyiapkan diri dan menguatkan hati untuk menghadapi masa dimana satu persatu komplikasi dari penyakit DM akan menggerogoti hidup saya, mulai dari kebutaan, jantung, stroke, sampai gagal ginjal. Sampai detik ini pun saya masih suka menangis jika menerima hasil cek darah yang harus saya lakukan tiap 3 bulan. Walau secara perlahan, saya sudah mulai bisa menerima kalau saya harus menyiksa diri sendiri dengan jarum suntik tiap 3 hari sekali, harus rutin minum obat 3x sehari, suntik vaksin influenza 6 bulan sekali, sampai terbiasa sakit setelah melakukan aktivitas melelahkan.

Ibu saya bilang, pemberian Tuhan itu tidak ada yang sia-sia, setiap kejadian di dunia ini pasti ada cerita dan tujuan dibaliknya. Dulu saya sering marah sama Tuhan, kenapa Dia memberikan saya penyakit ini, dosa saya apa? tapi sekarang saya malah bersyukur…saya jadi belajar sabar dan ikhlas, belajar menjadi orang yang tegar, belajar menikmati hidup. Dokter saya selalu bilang, nikmati hidup kamu senormal yang kamu bisa, hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan mencari jawaban atas pertanyaan “kenapa?”, lebih baik dimanfaatkan untuk hal-hal yang membahagiakan diri sendiri, keluarga, dan orang lain.
Tuhan memang arsitek kehidupan paling juara..Dia maha tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya walau terkadang itu bukan yang diinginkan. Hidup saya memang berubah,mungkin sekarang tidak mungkin bagi saya untuk menyelesaikan hal-hal yang dulu menjadi cita-cita tapi saya yakin Tuhan sudah memilihkan sederetan cita-cita yang saya yakini adalah yang terbaik seperti membahagiakan ibu dan adik saya dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama. Dan saya akan menikmati setiap detail cerita perjalanan yang telah Tuhan siapkan untuk saya.

One thought on “I was 26 when I diagnosed with Diabetes Mellitus

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s